Jumat, 18 Maret 2016

Indonesia Darurat Radikalisme

Diskusi Ngopi Bareng GusNuril , Ponpes Abdurahman Wahid –Soko Tunggal Jakarta Timur , 17 Maret 2016
Gus Nuril Melayani Kopi buat Sugeng Teguh Santoso SH-dari Forum Advokat Bersatu (18/3)
Untuk Menumpas Radikalisme dan Kekerasan atas Nama Agama di Indonesia, diperlukan Stile Kepemimpinan Yang Khusus dan Kuat. Demikian menurut DR.KH.Nuril Arifin MBA- yang akrab disapa Gus Nuril – pada Acara Ngopi Bareng di Ponpes Abdurahman Wahid Soko Tunggal , 17 Maret 2016 yang lalu.


Sementara Mayjend(Purn) Saurip Kadi , sebagai salah satu Narasumber yang hadir, sangat sefaham dengan Pendapat Gus Nuril, dengan mengatakan bahwa, jika ingin air di muara bersih, maka dari Sumber Mata Air nya harus tertata dengan baik dan bersih pula.


Sementara Staf Mensos- yang mewakili Kofifah Indar P, menimpali pendapat , bahwa akar masalah Radikalisme,sesugguhnya bermula adanya kesenjangan sosial ekonomi yang makin menganga lebar. Itu sebabnya Kementerian Sosial secara diam-diam melakukan terobosan -memberikan bantuan transfer dana langsung ke rekening setiap warga miskin, tanpa melewati birokrasi, setelah mendapat restu dari Presiden Jokowi.


Korban Korban Diskriminsi Atas nama Agama
Kendati Upaya berbagai fihak terus dilakukan, untuk meminimalisir Korban Diskriminasi Atas Nama Agama , faktanya, Pendeta dari Komunitas santa Clara Bekasi- yang juga hadir malam itu , masih mengeluhkan tentang dilarangnya melanjutkn pembangunan tempat Ibadah Mereka.

Dilain fihak, Mln.Hidayatulah bahkan menjerit , dengan mengemukakan fakta, bahwa warga Ahmadiyah di Pancor- Mataram Lombok , yang Masjid dan rumahnya dihancurkan oleh para oknum Radikalis , sudah delapan tahun nasibnya masih terkatung-katung di pengungsian. Sejak jaman Presiden SBY sampai Presiden Jokowi, Warga Jemaat Ahmadiyah diLombok masih belum memperoleh haknya kembali. Apakah kami dianggap Anak Tiri di Negeri sendiri? Tanya Hidayatulah.


Ratusan orang dari berbagai kalangan hadir memadati Aula dan halaman serta jalanan seputar Ponpes Taman Hati-Abdurahman Wahid-Soko Tunggal. Ada Sekjen PBNU yang mewakili KH Said Agil, Mln.Mirajudin Shd- yang mewakili Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Sejumlah Ulama , Ustad,Pendeta , Mahasiswa , sampai rakyat jelata.


Yang unik, seperti biasa, Acara ini dawali dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, serta di tutup dengan DOA dan makan bersama. Menurut Gus Nuril, dana untuk menjamu para tamu dan semua sarana pendukung Acara, dikumpulkan oleh para Santri Soko Tunggal , yang masih miskin-miskin.

Dengan kata lain, Belum ada Donatur besar maupun fihak Pemerintah yang membantu kegiatan yang Berbingkai Demi Keutuhan Indonesia ini.

(kk/aep/yt/hd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar